Assalamu'alaykum teman-teman. Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan. Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yu...
Bilal Ibn Rabah, seorang sahabat Rasulullah
yang dikenal dulunya sebagai budak belian. Disiksa di padang pasir yang
panasnya ibarat api neraka serta di arak keliling kampung karena
keimanannya kepada Allah dan Rasulullah. Ketika Allah memerdekakannya
melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq, Bilal dipilih Rasulullah untuk menjadi
muazin. Seseorang yang dahulunya senantiasa menyerukan “Ahad…ahad…!”
sejak 13 tahun yang lalu, sementara siksaan terus mendera dan menyiksa
tubuhnya. Bilal maju dan menerjang dalam perang pertama pada masa Islam
itu, yaitu Perang Badar, yang sebagai semboyannya dititahkan oleh
Rasulullah menggunakan ucapan, “Ahad…Ahad…!” Bilal melanjutkan hidupnya
bersama Rasulullah dan ikut mengambil bagian dalam semua perjuangan
bersenjata pada masa hidupnya.
Selepas kepergian Rasulullah ke hadirat Ilahi dalam keadaan ridha dan diridhai, Bilal menemui Abu Bakar untuk menyampaikan keinginannya, “Wahai Khalifah Rasulullah, saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Amal yang paling utama bagi orang adalah berjihad fisabillillah.’”
"Jadi, apa maksudmu,wahai Bilal?" tanya Abu Bakar.
"Saya ingin berjuang di jalan Allah sampai saya meninggal dunia," jawab Bilal.
"Siapa lagi yang akan menjadi muazin bagi kami nanti?" tanya Abu Bakar. Dengan air mata berlinang Bilal menjawab, "Saya tidak akan menjadi muazin lagi bagi orang lain selain Rasulullah".
"Tidak, tetaplah tinggal di sini hai Bilal, dan menjadi muazin kami!"
"Seandainya Anda memerdekakan saya dulu adalah untuk kepentingan Anda, baiklah saya terima permintaan Anda itu. Tetapi, bila Anda memerdekakan saya karena Allah, biarkanlah diri saya untuk Allah sesuai dengan maksud baik Anda itu!"
"Saya memerdekakanmu itu semata-mata karena Allah, wahai Bilal!"
Sebagian meriwayatkan bahwa ia pergi ke Syria dan menetap di sana sebagai mujahid dan penjaga perbatasan wilayah Islam. Menurut pendapat lain, ia menerima permintaannya, kemudian Abu Bakar wafat dan Umar diangkat menjadi khalifah, Bilal minta izin dan mohon diri kepadanya, lalu berangkat ke Syria.
Azannya yang terakhir ialah ketika Umar sebagai Amirul Mukminin datang ke Syria. Orang-orang menggunakan kesempatan tersebut dengan memohon kepada khalifah agar meminta Bilal menjadi muazin untuk satu shalat saja. Amirul Mukminin memanggil Bilal dan ketika waktu shalat telah tiba, ia meminta dirinya agar menjadi muazin.
Bilal pun naik ke menara dan mengumandangkan azan. Para sahabat yang pernah mendapati Rasulullah waktu Bilal menjadi muazinnya menangis dan mencucurkan air mata. Mereka menangis seolah-olah tidak pernah menangis sebelumnya dan yang paling keras tangisannya di antara mereka ialah Umar.
Bilal berpulang ke rahmatullah di Syria sebagai pejuang di jalan Allah seperti keinginannya. Di perut bumi Damaskus sekarang terpendam kerangka dan tulang-belulang milik pribadi yang besar di antara manusia, yang sangat teguh dan tangguh pendiriannya dalam mempertahankan keyakinan dan keimanannya.
Dari buku Biografi 60 Sahabat Nabi, Cetakan ke-7 November 2013, Khalid Muhammad Khalid, Ummul Qura- Penerbit Aqwam. Judul Asli: Rijalun haular Rasul
Selepas kepergian Rasulullah ke hadirat Ilahi dalam keadaan ridha dan diridhai, Bilal menemui Abu Bakar untuk menyampaikan keinginannya, “Wahai Khalifah Rasulullah, saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Amal yang paling utama bagi orang adalah berjihad fisabillillah.’”
"Jadi, apa maksudmu,wahai Bilal?" tanya Abu Bakar.
"Saya ingin berjuang di jalan Allah sampai saya meninggal dunia," jawab Bilal.
"Siapa lagi yang akan menjadi muazin bagi kami nanti?" tanya Abu Bakar. Dengan air mata berlinang Bilal menjawab, "Saya tidak akan menjadi muazin lagi bagi orang lain selain Rasulullah".
"Tidak, tetaplah tinggal di sini hai Bilal, dan menjadi muazin kami!"
"Seandainya Anda memerdekakan saya dulu adalah untuk kepentingan Anda, baiklah saya terima permintaan Anda itu. Tetapi, bila Anda memerdekakan saya karena Allah, biarkanlah diri saya untuk Allah sesuai dengan maksud baik Anda itu!"
"Saya memerdekakanmu itu semata-mata karena Allah, wahai Bilal!"
Sebagian meriwayatkan bahwa ia pergi ke Syria dan menetap di sana sebagai mujahid dan penjaga perbatasan wilayah Islam. Menurut pendapat lain, ia menerima permintaannya, kemudian Abu Bakar wafat dan Umar diangkat menjadi khalifah, Bilal minta izin dan mohon diri kepadanya, lalu berangkat ke Syria.
Azannya yang terakhir ialah ketika Umar sebagai Amirul Mukminin datang ke Syria. Orang-orang menggunakan kesempatan tersebut dengan memohon kepada khalifah agar meminta Bilal menjadi muazin untuk satu shalat saja. Amirul Mukminin memanggil Bilal dan ketika waktu shalat telah tiba, ia meminta dirinya agar menjadi muazin.
Bilal pun naik ke menara dan mengumandangkan azan. Para sahabat yang pernah mendapati Rasulullah waktu Bilal menjadi muazinnya menangis dan mencucurkan air mata. Mereka menangis seolah-olah tidak pernah menangis sebelumnya dan yang paling keras tangisannya di antara mereka ialah Umar.
Bilal berpulang ke rahmatullah di Syria sebagai pejuang di jalan Allah seperti keinginannya. Di perut bumi Damaskus sekarang terpendam kerangka dan tulang-belulang milik pribadi yang besar di antara manusia, yang sangat teguh dan tangguh pendiriannya dalam mempertahankan keyakinan dan keimanannya.
Dari buku Biografi 60 Sahabat Nabi, Cetakan ke-7 November 2013, Khalid Muhammad Khalid, Ummul Qura- Penerbit Aqwam. Judul Asli: Rijalun haular Rasul
Komentar