Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Tips Rumah Aman Terkendali Selama Silaturahmi Idul Fitri

Assalamu'alaykum teman-teman.       Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan.      Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yuk kita cari solusiny

Aku Setia Menantimu di Pintu Surga (dari Kajian Ilmiah oleh Ustadz Dr. Syafiq Basalamah, M.A.)

Bismillahirrahmanirrahim Tulisan ini merupakan resume dari kajian ilmiah hari Selasa, 27 Mei 2014 di Masjid Astra, Sunter, Jakarta Utara. “Aku Setia Menantimu di Pintu Surga” menitikberatkan pada sebuah hubungan halal penuh berkah, pernikahan. Bagaimana mungkin ada dua orang yang mengatakan saling mencintai jika Allah sebagai Tuhannya dikhianati dalam bentuk hubungan bernama pacaran? Mengapa masih ada yang menginginkan hubungan yang menikah saja belum, tetapi sudah putus? Bukankah tidak ada ikatan yang lebih kekal selain ikatan cinta yang dilandasi oleh takwa terhadap Allah? Jangan terbuai dengan orang-orang yang mengatakan, “Aku mencintaimu hingga mati,” bisa jadi maksudnya, kalau sudah mati, ya cari yang baru lagi. Dalam kajian ini, saya semakin mengerti bahwa memang kematian bukanlah perpisahan dari cinta, tetapi awal abadinya cinta. Cinta di antara orang-orang yang beriman kepada Allah. Catatan pertama saya dalam kajian ini bertuliskan sebuah hadits, "Seorang wanita ber

Lelaki yang Baik Agamanya (Nasihat Rasulullah dan Opini Pribadi)

Bismillahirrahmanirrahim Setiap manusia memiliki kriteria ideal dalam memilih pendamping hidup. Namun, "ideal" ternyata memiliki sudut pandang tersendiri, tergantung masing-masing individu. Ada kutipan yang saya ingat, kurang lebih isinya seperti ini,"Jika kau mencari yang ideal, niscaya takkan kau temui." Saya sepakat! Mengapa? karena setiap orang mempunyai keterbatasan dan kelebihan. Segala yang berlebih juga tidak baik. Apa yang sebenarnya kita harapkan dari seseorang yang akan mendampingi kita dalam kehidupan ini? Kesempurnaan? Jika jawabannya iya, maka sungguh keterbatasan itu hanya tak sempat kita perhatikan dari dirinya. Suatu malam saya membaca sebuah artikel di media sosial yang isinya tentang pendamping hidup yang baik agamanya. Menurut sang penulis, "baik agamanya" kini disempitkan maknanya, ia memiliki pandangan bahwa "baik agamanya" bukan saja yang hafal dalil, mampu mengaji, dan belajar dari kajian atau semacamnya. Menurut

2 Hari 1 Malam di Bangka (Sebuah Perjalanan Birrul Walidain)

                Bangka sebenarnya menjadi pilihan kedua tempat liburan ketika tiket pesawat ke Singapore yang sering murah belum sempat terbeli. Ide pergi ke Bangka ini pun muncul dari Ibu saya yang memiliki teman sekantor dulu yang tinggal di Bangka. Malam itu niat ke Singapore saya batalkan karena teman ibu menyanggupi menjadi pemandu wisata bagi kami jika jadi datang ke sana.             Persiapan perjalanan dimulai dari Januari untuk rencana di bulan April. Terlalu lama? Tidak juga menurut saya, karena saya harus menabung satu per satu komponen untuk pergi ke sana. Kenapa di bulan April? Pertama, ini adalah bulan kelahiran saya dan Ibu, maka saya menganggap ini bulan yang tepat untuk pergi sebentar dari Jakarta yang padat. Kedua, hari libur nasional di tanggal 18 April yang jatuh pada Jumat ini memudahkan pekerjaan Ibu karena tidak harus izin tidak bekerja, cukup saya saja yang izin tidak bekerja. Ketiga, Melalui proses yang panjang dan memikirkan tiap langkah persiapan,