Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Tips Rumah Aman Terkendali Selama Silaturahmi Idul Fitri

Assalamu'alaykum teman-teman.       Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan.      Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yuk kita cari solusiny

Pulang Ke Jakarta Cuma Bareng Bayi! (Tips Dapat Tiket Promo KAI)

Bismillah… Tulisan ini merupakan rangkuman perjalanan saya bersama bayi berusia 5 bulan bernama Shafiyyah Azzahra. Yap, makhluk kecil yang sering saya dan suami panggil dengan sebutan “Kakak”. Bayi kecil yang sedang seru-serunya tengkurap, guling kanan kiri, nyungsep sana sini karena belajar nungging . Bayi kecil yang membuat perubahan besar pada pola hidup kami yang semula hanya berdua, kini menjadi bertiga. Bayi kecil yang kalau menyusui mengeluarkan keringat hingga menimbulkan bau khas a la bayi, asem-asem segerrrr. Perjalanan dimulai ketika saya berjanji pada Ibu untuk menginap di Jakarta saat suami pergi keluar kota karena acara kantor. Qadarullah, giliran shift suami diundur hingga Desember. Perihal pembatalan pergi ke Jakarta pun saya sampaikan kepada Ibu. Mungkin Ibu agak sedih juga, tapi mau bagaimana lagi? Namun, broadcast di grup WA datang memberikan secercah lampu bohlam alias ide cemerlang. Ada promo tiket KAI Rp28.000 ke semua rute dan kelas. Mungkin ini cara saya u

Pertama Kali Ajak Bayi Naik Pesawat. Riweuh Tapi Menyenangkan!

Tulisan ini lanjutan dari cerita sebelumnya ya. Pulang dari Jakarta menuju Semarang saya memutuskan untuk naik pesawat supaya bisa lebih cepat sampai. Seperti biasa pesan via Traveloka karena agak kesulitan memesan di situs Garuda Indonesia tersebab jumlah nama Kakak dan saya bila digabung melebihi 23 huruf (kalau tidak salah ingat). Pertimbangannya? In syaa Allah nyaman selama perjalanan. Sekalian mencoba Terminal   3 Ultimate yang katanya besar itu. Sebelum berangkat ke Jakarta saya sudah cek Youtube tentang T3 Ultimate dan memang besar seperti perkiraan saya. Lumayan banget kayaknya sambil gendong bayi. Kepulangan dari Jakarta pada hari Minggu diantar oleh Ibu, beberapa Saudara, dan keponakan. Bawaan tetap 1 koper tapi jadi berat karena bawa baju Kakak lebih banyak (hasil dibeliin Mbah Ndut).   Enaknya di T3 Ultimate Soetta ini, pengantar bisa masuk hingga ke tempat check-in pertama.   Jadi, Mbah Ndut bisa bantu bawa koper sampai saya check-in bagasi. Pengantar cukup di- screenin

Cinta yang Tak Pernah Kami Temui Sebelumnya

Kami menantimu sejak ijab qabul itu terlaksana Kami menjagamu atas izin Allah sejak hari ke-30 kami bersama Kami mencintaimu sejak kini hingga entah di usia ke berapa kami menutup mata Semoga Allah senantiasa menjaga kita hingga kembali bertemu di surga-Nya Kelahiran itu tampak semakin dekat ketika tanda lahir pertama hadir. Aku mulai merapikan beberapa baju bayi dan perlengkapannya serta bajuku ke dalam tas hadiah dari ibu. Aktivitas berjalan menjadi aku rutinkan supaya rasa mulas segera datang. Ibu yang mendengar berita tanda lahirku, bergegas ke Semarang walau sudah kucoba untuk menundanya. Sampai pada hari ketiga sekaligus jadwal periksa ke SpOG, rasa mulas yang ditunggu tak kunjung hadir.  Pasca pemeriksaan, dokter memberi usul untuk mempercepat proses kelahiran karena berat badan bayi yang sudah 3,2kg. Aku dan suami pasrah saja mengikuti. Racikan obat pun diberikan untuk menghadirkan kontraksi. Selepas periksa, ibuku juga pulang ke Jakarta karena ada urusan yang harus dilaku

Waktu Kita Sudah Cukup Banyak

Panggilan pukul 7 Saya perlu waktu beberapa hari untuk bisa menulis catatan ini dengan kestabilan emosi yang baik. Tidak mau terlalu cengeng, tetapi tidak ingin juga seperti tidak terjadi apa-apa. Dini hari pukul 3 pagi, ponsel berdering dengan lembut. Bukan suara alarm subuh, tetapi panggilan telepon dari Ibu dengan suara bergetar di seberang sana. Saya mencoba menjawab dengan tenang. Akhirnya, suami pun terbangun mendengar suara saya yang agak serius saat berbicara melalui telepon. Dini hari itu, awal dari akhir cerita kebersamaan kami dengan seseorang yang tak jauh, tetapi tak dapat kami jangkau. Pagi harinya ketika sarapan bersama suami, saya mencoba menjelaskan hal yang Ibu sampaikan lewat telepon, berusaha setenang mungkin menjelaskan walau cukup kalut untuk dijabarkan. Suami juga cukup tenang mendengarkan. Selepas sarapan, suami langsung berangkat kerja sementara merapikan sedikit pekerjaan rumah kemudian istirahat sejenak di tempat tidur. Ponsel kembali berdering dari