Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Tips Rumah Aman Terkendali Selama Silaturahmi Idul Fitri

Assalamu'alaykum teman-teman.       Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan.      Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yuk kita cari solusiny

Dear Mom (Sebuah Surat yang Mungkin Tak Kan Tersampaikan)

Dear mom, Aku kangen. Surat ini mungkin tidak akan pernah terbaca olehmu karena aku tak ingin menambah kesedihan atau bebanmu di sana. Mom, aku kini sedang Allah latih menjadi calon ibu. Baru beberapa bulan menjadi seorang istri, pastinya kalah saing dengan para ibu sekaligus istri yang sudah bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun menyandang predikat tersebut. Aku tidak tahu apakah bisa menjadi ibu sekaligus istri yang andal seperti engkau ataupun ibu mertuaku atau ibu lainnya di luar sana yang bisa menangani semuanya dengan baik dan terampil, but i’ll do my best . Dulu aku belajar menulis dengan susah payah hingga akhirnya bisa menulis, kini aku belajar menjadi seorang istri sekaligus ibu yang entah sampai kapan terus belajar hingga bisa sempurna di hadapan keluargaku kelak. Doakan ya mom semoga aku bisa melalui proses panjang ini dengan sabar dan tekun karena sungguh apa yang aku usahakan tak sebanding dengan kerja keras dan segala kewajiban yang telah suamiku lakukan untu

Ketika Kami Menantinya (Edisi Kabay)

Sudah lama tidak menulis lagi di blog. Kehidupan baru sebagai seorang istri membuat saya (agak) malas buka laptop. Bukan karena ada Farm Heroes di hp suami, melainkan segabreknya aktivitas lala lili yang harus dilakukan. Kalau sudah agak lelah ya jadi boboable alias gampang tidur. Pernikahan tanggal 6 September 2015 dihadiri oleh banyak teman dan tetangga. Alhamdulillah berjalan lancar. Hal yang paling menyenangkan dari pernikahan saat itu adalah hadirnya doa-doa dari orang-orang shalih dan shalihah yang in syaa Allah tulus diucapkan sehingga membawa berkah pada pernikahan kami. Sehari setelah pernikahan dengan berkemas seadanya, saya, ibu saya, suami beserta keluarganya bergegas berangkat ke Semarang dengan jalur udara via CGK. Perjalanan satu jam saya bersama ibu saya dan ibu mertua seru sekali. Dulu naik pesawat cuma bersama ibu, sekarang sudah ada ibu mertua. Sementara itu, suami, adik-adik, dan bapak, kerabat dengan total kami semua  7 orang duduk berpencar (padahal check-in

Mencetak Ulang Kartu BPJS yang Hilang

Beberapa bulan yang lalu, sekitar bulan Februari, saya sempat kebingungan karena kartu BPJS saya hilang. Mungkin terselip entah di mana. Namun, karena keadaan cukup penting, saya memutuskan untuk mencetak ulang ke kantor BPJS cabang Jakarta Pusat. Mengapa harus di kantor cabangnya? karena kartu BPJS saya yang hilang faskesnya sudah saya ganti sehingga tidak sama dengan saat pertama daftar via online dulu. Penggantian faskes ini tidak diikuti dengan penerimaan e-mail baru berisi file PDF kartu BPJS barunya sehingga bagi yang sudah berganti faskesnya agak kesulitan mengurus kartu BPJS yang hilang karena harus ke kantor cabang. Saya tiga kali datang ke kantor BPJS Jakpus. Pertama datang pukul 10.30, tetapi dari informasi anak-anak sekolah yang sedang magang di sana, kartu antrean sudah habis dari pagi. Saya pun bertanya kapan seharusnya datang? Mereka bilang dari pagi. Kenapa saya bilang "Mereka"? karena memang mereka ada sekitar empat orang. Jujur saja, mereka tidak respons

Pancake

Ini adalah cerita perjalanan membuat pancake. Berbagai resep dicoba untuk membuat pancake yang gendut. Akhirnya, atas izin Allah dengan bantuan timbangan (pinjem dari bude) pancake gendut pun didapat. Alhamdulillah. Ini dia resepnya. Bahan: 150 gram tepung terigu berprotein sedang (ini kaitannya dengan mengembangnya kue) 150 ml susu cair sapi (bisa ditambah dikit-dikit saat mengaduk kalau terlalu padat adonannya) 1 butir telur ayam 1 sendok teh baking powder 40 gram gula pasir 1 sendok makan mentega  2 sendok makan madu (supaya pancakenya wangi) Cara membuat: 1.Lelehkan mentega hingga cair. Matikan api kemudian diamkan sejenak mentega cairnya. 2. Campur tepung terigu, gula, dan baking powder. Aduk hingga semuanya bercampur rata dalam satu tempat. 3. Masukkan kuning telur ke dalam adonan. Sementara itu, putih telur dikocok terpisah hingga kaku setelah itu dicampur dengan adonan tadi.  4. Tuang susu cair, madu,  dan mentega yang sudah dicairkan ke dal

Tulang Rusuk — yang Tak Ingin Terus —Bengkok

Sudah tergariskan dalam Islam bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.”   (HR. Bukhari Kitab an-Nikah No.5186) Wanita yang dciptakan dari tulang rusuk yang bengkok itu ialah Hawa. Dari sebab itu, wanita secara turun-temurun mewarisi sifat kebengkokan tulang rusuk tersebut. Wanita makhluk yang kurang akal dan agama, “Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).”   (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80) Hadits Nabi   shalallahu ‘alaihi wa sallam   yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabd

Bagai Debu yang Beterbangan

Manusia dalam hidupnya tak mungkin berdiam diri pada tiap harinya. Selalu ada perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan. Beberapa orang menyangsikan kalau perilaku yang baik menurut Allah belum tentu baik pula di mata manusia. Ada yang memilih untuk mementingkan manusia, padahal kepada Allah-lah tempat kembali semua manusia. Setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tentu berharap dapat bermanfaat bagi orang lain. Terkadang hal besar yang telah dilakukan tertutup oleh kesalahan kecil. Ibarat pepatah gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan manusia lainnya pastilah menjadi makhluk yang menyedihkan karena sesungguhnya manusia tidak mungkin membahagiakan semua orang.  Kesedihan memuncak tatkala pengorbanan yang telah dilakukan ternyata tak dianggap oleh orang lain bahkan selalu kekurangan dan kesalahan yang diungkit-ungkit. Ibarat pepatah “panas setahun dihapus hujan sehari”. Hal tersebut tentu akan membuat manusia menjadi kecewa dan

Lenteraku Mulai Redup

Manusia bukanlah malaikat yang keimanannya tetap. Bertambah dan berkurangnya iman manusia adalah hal yang wajar. Keimanan merupakan lentera bagi hidup manusia yang akan membawa kehidupan manusia tersebut berujung di mana. Namun, berhati-hatilah dengan lentera yang mulai redup. Gejala lentera yang mulai redup: Terjerumus kemaksiatan : berbuat dosa , melakukan hal-hal yang haram. Merasakan hati yang keras dan kasar: disampaikan ayat-ayat Allah, tetapi tidak tergerak hatinya, susah menangis. Ibadahnya tidak sempurna, misal: Shalat sekadarnya. Malas mengikuti kajian dan membaca Alquran. Hati menjadi sempit: mudah marah. Tidak terpengaruh ancaman Allah berupa laknat-Nya; membaca Alquran, tetapi tidak bisa memaknai. Lalai dari berdzikir kepada Allah. Hal ini dibuktikan dengan lupa berdzikir ataupun ada perubahan waktu dalam berdzikir. Misalnya: saat duduk seusai shalat fardhu, menjadi di jalan seusai shalat fardhu. Apabila terkena musibah langsung panik seolah-olah musibah akan