Assalamu'alaykum teman-teman. Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan. Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yu...
Kepulangan dari
Jakarta naik Lion Air. Maskapai pilihan karena jam terbangnya banyak, walau
delaynya ngga kalah banyak. Belum terbang, jadwal sudah dimundurkan. Tanggal 30
Maret 2016, saat mau berangkat ke Jakarta, sebelum check in, masih duduk di
ruang tunggu bagian luar Bandara Achmad Yani, saya dapat SMS kalau jadwal
tanggal 2 April dimundurkan dari 15.30 jadi 16.30.
Hari H kepulangan
dengan barang sebarek buat si Kabay, saya dan suami beserta keluarga yang
mengantar tiba di Bandara Soetta pukul 15.00 terbayang masih lama menunggu
sehingga kami berencana untuk makan setelah saya check-in dan memasukkan
bagasi. Wrapping stroller Kabay dan beberapa barang dilakukan untuk mengamankan
benda-benda kece itu. Barisan check in tidak panjang, tetapi entah kenapa orang
di depan agak lama prosesnya. Setelah dapat giliran, mbak pegawai pemeriksa
surat pun menyampaikan bahwa saya harus periksa ulang ke bagian poli kesehatan
lantai dua samping lift, padahal ternyata kata petugas kesehatan surat saya
masih berlaku. Haiish.
Ibu petugas polkes
bandara ramah ya. Administrasi periksa Rp50.000. Saya diperiksa tekanan darah
dan perut bagian bawah ditekan dan digoyangkan sedikit untuk memastikan janin
belum masuk jalan lahir. Beberapa pertanyaan diajukan juga tentang ini kehamilan
anak ke berapa, perut terasa kencang atau tidak, pernah ada riwayat keguguran
atau tidak. Intinya memastikan ibu dan bayi sehat dan aman untuk naik pesawat.
Keluar dari polkes,
kami ke luar sebentar untuk memberi tahu keluarga bahwa kami baru mengurus
surat dokter, nanti akan balik lagi. Setelah check-in di konter sebelahnya,
mbak petugas mengatakan bahwa sepertinya tidak keburu waktu kalau kami keluar
lagi setelah check in ini. Saya cek jam sudah 16.00, sedangkan boarding 16.30.
Dengan berat hati dan sedih karena tidak bisa berlama-lama, kami pun
menghampiri lagi keluarga di luar untuk berpamitan. Parah banget ini, ibu hamil
turun naik tangga dan jalan sampai satu jam.
Setelah pamit, kami
masuk lagi dan menuju ruang tunggu bandara di Gate Z1. Tidak lama setelah itu
terdengar kabar pesawat delay sampai 17.30an. Oke, udah dimundurin masih delay.
Kerennya dapat kompensasi snack dan air minum gelas. Lumayanlah ya. Tidak lama
setelah itu, ada pengumuman delay lagi untuk tujuan Solo dan satu lagi entah tujuan
mana. Triple delay, pantas saja sudah dipersiapkan snack dan air minumnya.
Penuhlah ruang tunggu bandara. Suami yang ada agenda kuliah pukul 18.00 fiks
batal kuliah dan memang jadwal kuliah diliburkan. Sampai suami bilang,
"Besok-besok ngga usah naik ini lagi lah. Gak bisa diandalkan kalau lagi
buru-buru." Yessss pindah maskapai lain kali.
kompensasi delay |
Pukul 17.30
panggilan boarding tujuan Semarang terdengar, langsung penumpang baris, dicek
boarding pass, dan naik bis. Walaupun ibu hamil, tetap ya berdiri di bis. Oia,
surat keterangan dokter polkes tadi diberikan 1 ke pegawai check in dan satu lagi
ke pramugari. Pas maghrib, kami masih mengantre masuk pesawat. Kami dapat
tempat duduk 4AB. Kalau Lion Air berasa banget perbedaan bising di depan dengan
belakang pesawat. Kalau Citilink walau kemarin duduk agak belakang tapi soft
semua. Take off Lion kali ini smooth, saya yang keburu bobo-bobo cantik karena
diajak muterin bandara naik pesawat sama pilotnya sampai nggak berasa kalau
sudah take off.
Tiba di Semarang
sekitar pukul 20.00, tuhkan lama. Wong antre naik ke pesawat aja sekitar 30
menit, didiemin di pesawat sekitar 30 menit, diajak muter-muter naik pesawat di
landasan bandara sekitar 15-20 menit. Kami antre tunggu bagasi. Saya bagian
nunggu duduk di troli, suami yang beneran nunggu bagasi keluar. Suami dengar
bunyi lemparan benda keras dan setelah benda itu keluar ternyata stroller Kabay
yang di-Wrapping. Kalau nggak di-wrapping mungkin banyak yang pecah atau
minimal bengkok-bengkok. Jadi, wrapping itu penting! Cuma Rp50.000 dengan
wrapping plastik yang cukup tebal.
Toko di bandara mulai tutup |
Keluar dari
terminal kedatangan, kami sepakat naik taksi bandara, tetapi seperti biasa ada
supir-supir lain tak berseragam yang menawarkan. Tujuan kami ke BSB dan supir
yang berbicara pada suami menawarkan Rp175.000 walah mahal banget. Katanya
barang kami banyak. Trus kenape? *sewotnya keluar* yang bawa juga mobil,
penumpangnya juga cuma saya. Ada lagi yang menawarkan Rp150.000 no no no masih
mahal! Apalagi setelah supirnya tahu kalau lokasi yang dituju bukan Ngaliyan
bawah tapi arah Mijen, supirnya menjauhkan diri. Yaudah sana. Suami pun ke
konter taksi bandara dan ternyata harga ke BSB Rp160.000 walah ngga jauh beda
padahal pas bulan September 2015 masih murah dan memang saya dengar ada
kenaikan cuma ngga tahu bisa naik banget. Akhirnya, alternatif kami pesan taksi
Kosti. Ini langganan kami banget. Supir dan tarifnya ramah. Terbukti bandara ke
Graha Taman Pelangi BSB cuma Rp.54.000 sudah termasuk ongkos taksi masuk bandara tadi dan nunggu saya ke
ATM. Bapak taksinya juga mau diminta tolong menurunkan barang-barang saya yang
segabrek. Karena sudah dibantu, saya tambah-tambah dikit dari tariflah.
Barang bawaan |
Selama di Semarang,
saya baru pakai 5 taksi: Kosti, New Atlas, Ekspress, Blue Bird dan Semarang
City (kalau ngga salah ingat). Kalau Kosti sudah dibahas di atas. Naik Blue
Bird saat saya ke bandara dari Waroeng
Steak n Shake di Jalan Wonodri dekat RS Roemani, tarif Rp45.000 include tarif
masuk bandara. Supir Blue Bird ini kayak supir beneran. Maksudnya? Ketika saya
tanya tentang jalur masuk bandara yang sekarang agak memutar, Beliau yang masih
muda menjawab dengan sangat halus dan suara pelan. Kebanyakan tetangga saya
juga sering pesan Blue Bird. Kalau ngobrol sama Bapak supir Kosti lebih cair,
bapaknya suka ditanya-tanya. Kalau naik New Atlas, saya jarang ngobrol karena
biasanya naik taksi ini sepulang dari cek di RS saat suami harus langsung
kerja. Bawaannya ngantuk di taksi, paling cuma arahkan jalan saja, tarif di
bawah Kosti kalau ngga salah hitung, armada mobilnya lumayan bisa menahan
guncangan jalan. Saya naik Ekspress. baru 2 kali. Pertama saat pulang jajan
ngidaman di kota dan kedua saat pulang dari klinik minta surat dokter untuk
naik pesawat. Karena tipikal jalan menuju rumah yang agak menanjak dan banyak
yang tidak rata, saya kurang nyaman naik Ekspress karena mobilnya kurang bisa
meredam goncangan, merknya Ava*nza. Namun, supir taksinya juga baik cenderung
pendiam. Kalau yang Semarang City nih supirnya yang masih muda ngga malu-malu
untuk menyalakan radio dengan musik pop kemudian nyanyi-nyanyi sepanjang
perjalanan. Tipikal mobilnya kalau ngga salah Avanza juga. Alhamdulillah si
Kabay ngga petakilan di perut saat dengar supirnya nyanyi.
Jadi, tips di
artikel ini agak banyak ya mulai dari wrapping sampai taksi. Mari dibuat poin:
- Jika ada barang bukan pecah belah, tapi agak rentan rusak saat dibanting maka wrapping-lah daripada barang kamu gepeng sana-sini. Kalau barang pecah belahnya banyak mending dibawa ke bagasi kabin atau jika ada alternatif lain, naiklah kereta api.
- Untuk mengusir kebosanan di pesawat, kalau kamu punya suami atau mahrom yang ikut, bisa main ayam-ayaman di dalam pesawat. Caranya: 4 jari selain jempol ditautkan dengan lawan, kemudian berusahalah meniban jempol lawan. (ini tips apaaa~)
- Mengingat banyaknya calo supir di bandara dan taksi bandara di Semarang yang harganya cukup mahal untuk daerah sekitar Bukit Semarang Baru dan lurusannnya, Gunung Pati dan sekitarnya, alternatif lain bisa pesan taksi luar via telepon. Saat telepon, saya disarankan mbak CS Kosti untuk menunggu di luar terminal keberangkatan karena di terminal kedatangan ada taksi bandara jadi tidak bisa masuk. Cuma menunggu sekitar 5 menitan, taksi sampai ke bandara. Mungkin karena sudah malam dan antrean kendaraan masuk bandara tidak padat. Bandara Semarang ini pukul 20.00 sudah sepi. Konter jajanan sudah banyak yang tutup.
Komentar