Assalamu'alaykum teman-teman. Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan. Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yu...
Bismillahirrahmanirrahim
Hari ini (28/6/2014)
menjadi hari pertama tarawih bagi yang berpuasa 1 Ramadhan di hari Ahad. Setiap orang bersiap-siap untuk
melaksanakan ibadah yang menjadi ciri khas Ramadhan ini. Orang yang sebelum
Ramadhan mungkin malas shalat, subhanallah menjadi ikut melaksanakan shalat Isya
dan tarawih berjamaah. Semoga Ramadhan menjadi berkah bagi kita semua.
Alhamdulillah, kantor tempat
saya bekerja, Bintang Pelajar, memberikan kemudahan bagi pegawainya untuk
memaksimalkan bulan Ramadhan ini. Jam kerja menjadi 7 jam sehingga kami selesai
bekerja pada pukul 17.00 wib. Selain itu, hal yang lebih menyenangkan yaitu
kami mendapat hak I’tikaf dengan libur 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Subhanallah.
Ramadhan yang kembali
datang ini mengingatkan saya pada bulan Ramadhan tahun lalu. Rumah saya yang
cukup jauh dari kantor yang terletak di Kota Wisata Cibubur membuat saya harus
berkejaran dengan waktu untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid. Satu
peristiwa yang menyentakkan hati saya hingga saat ini, menjadi pengingat saya
tentang Ramadhan. Suatu sore menjelang malam, di saat orang-orang mulai
bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat Isya dan tarawih. Saya yang berjalan
agak cepat menuju rumah bertemu dengan teman SD yang rumahnya tidak jauh dari
rumah saya. Saat itu saya tidak menyadari bahwa dia adalah teman SD saya. Ia
pun menyapa saya dengan baik, “Fri, baru pulang?” dan saya menjawab, “Iya,”
sambil senyum sekenanya dan berlalu.
Saya mengingat hal itu
bukan karena senang bertemu teman lama, itu menjadi hal yang kesekian. Hal yang
membuat saya mengingatnya karena seketika itu saya merasa sedih. Biar saya
jabarkan hal yang membuat saya sedih.
1. Teman
yang menyapa saya adalah seorang lelaki
2. Saat
bertemu saya di jalan, ia sudah dalam berpakaian rapi untuk ke masjid
3. Saat
saya bertemu dia, saya masih dalam keadaan terburu-buru untuk sampai di rumah bersama
titik-titik peluh yang tertahan di wajah.
Semoga Allah ampuni
saya yang lalai ketika itu. Teringat perkataan seorang teman, “Jakarta itu kejam, banyak
perempuan tanpa mahram berkeliaran di jalan malam-malam.” Berkeliaran yang ia
maksud adalah perempuan-perempuan yang pulang bekerja hingga larut malam.
Walaupun untuk kasus saya di atas, saya pulang lebih awal yaitu pukul 17.00
wib, nyatanya saya masih harus berkejaran dengan waktu shalat tarawih. Beberapa
shalat tarawih di masjid pun terlewatkan oleh saya. Saya menjadi mudah lelah
dan emosi saat pulang ke rumah tergantung mood.
Kala itu saya masih menjadi pegawai baru di sana sehingga masih mengalami
istilahnya culture shock. Kejadian
tersebut menyadarkan saya tentang kondisi: saya seorang perempuan, saat waktunya
shalat malah masih di jalan. Sebaliknya, teman saya yang laki-laki, sudah menuju
masjid di saat saya masih terburu-buru untuk sampai di rumah. Kejadian itu
memotivasi saya di tahun ini dapat lebih baik lagi dalam beribadah kepada Allah
ta’ala. Latihan selama 11 bulan
semoga memberi hasil maksimal di Ramadhan ini. Insya Allah kejadian itu memberi hikmah bagi saya.
Menurut saya, Ramadhan
bukan bulan coba-coba. Ramadhan saatnya kita mempersembahkan ibadah terbaik
pada Allah ta’ala. Kepindahan saya di
bulan Juli nanti ke kantor cabang yang lebih dekat dengan rumah semoga menjadi
ujian yang dapat saya lalui dengan baik. Mengapa saya katakan ujian? Karena akan
ada nikmat waktu luang yang saya dapatkan. Mungkin ini cara Allah mempermudah
saya menghapus kesedihan di tahun yang lalu. Life must go on. Kenyamanan di cabang kantor Cibubur harus saya
tinggalkan untuk meraih ridho Allah di bulan Ramadhan. Insya Allah hubungan
dengan teman-teman di sana tidak renggang. Kantor cabang baru berarti suasana
baru. Pastilah tidak mudah menghadapi ini semua, tetapi saya yakin selama ada
Allah maka semua akan baik-baik saja. Semoga Allah menjaga kalian dan memberi kalian
kemudahan juga dalam beribadah kepada-Nya di bulan Ramadhan ini dan bulan-bulan
selanjutnya. Aamiin.
Alhamdulillah.
Komentar