Assalamu'alaykum teman-teman. Alhamdulillah insya Allah ini tahun pertama kita bisa silaturahmi tanpa "ngumpet-ngumpet" dari aturan ya. Hari Raya Idul Fitri kali ini kita bisa bertemu sanak saudara, orang tua, teman-teman yang mungkin selama pandemi kemarin hanya bisa bertemu lewat jejaring sosial maupun video call. Ditambah lagi, aturan bepergian juga dipermudah yaitu bisa bebas antigen dan PCR jika sudah booster vaksin ketiga. Yuk langsung ke faskes terdekat untuk booster, lumayan banget cuma beli tiket pesawat atau kereta apinya aja kan. Seperti masa-masa libur lebaran sebelum pandemi, biasanya teman-teman yang punya ART di rumah akan ada cuti khusus untuk ART-nya (yang semoga ngga ditambah drama ngga mau balik kerja). Kebayang ya bersih-bersih rumah, kalau baju masih bisa laundry self service yang sehari bisa langsung kering dan menghemat waktu. Kalau ART? ada sih ART musiman ya, tapi apakah bisa dipercaya? Daripada jadi overthinking yu...
Masuk Ruang Body Check di Bandara Ahmad Yani dan Tips Dapat Tiket Pesawat Murah Saat Lebaran (Mudiknya Kami)
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah
bisa menulis lagi setelah jeda cukup lama dari tulisan sebelumnya. Niat hati
maunya rutin menulis di blog setiap hari atau minimal tiap pekan. Namun, apa
daya tugas negara di rumah berjejer bagaikan gerbong kereta api. Kali ini
disempatkan deh supaya pengalaman tidak menguap sia-sia.
Tulisan
kali ini mengenai gregetannya mudik ke Jakarta pertama kami setelah 3 tahun
menikah. Lama banget ya setelah 3 tahun baru bisa ikut hajatan besar umat
muslim. Jadi, waktu tahun pertama menikah, lebaran Idul Fitri bertepatan dengan
usia sebulan anak pertama kami lahir. Idul Fitri kedua, My mom penasaran mau cobain
lebaran di Semarang dan Wonosobo. Akhirnya, beliau yang ke Semarang dan lanjut
ke Wonosobo. Nah, tahun ketiga ini Alhamdulillah bisa merasakan lebaran di
Jakarta walaupun ngaret beberapa hari karena suami gentian libur dengan teman shiftnya. Persiapan mudik kali ini
dadakan banget karena suami baru mengabarkan menjelang sekitar H-10 lebaran. Sudah pastilah ya tiket kereta sudah
habissss, tiket pesawat mulai menggila harganya walau sekelas Lion Air. Saya
pun tidak berani mengabarkan ke ibu perihal mudik ini. Lha tiketnya aja belum
ada. Hehehe.
Tiap
hari saya pantau itu harga tiket. buka traveloka, Pegipegi, sampai Airy.
Alhamdulillah, perjalanan berangkat dapat tiket murah via Airy. Btw, jangan
berharap murah pakai banget tapi ya lumayan dapat potongan beberapa ratus ribu
beserta diskon dari kode promo. Kenapa perhitungan banget? Iya gaes, soalnya si
Kakak kecil ini sudah harus bayar kursi sendiri, jadilah budget harus dihitung cermat. Hehe. Tanggal 8 Juni kami pesan via
Airy untuk keberangkatan tanggal 18 Juni 2018, flight pagi pukul 06.50 dengan
maskapai Citilink. Ini juga pertama kalinya pilih flight pagi karena yang lebih murah pas jam segitu. Juju raja saya
ngga tidur sih semalaman karena nge-cek barang-barang dan mulai siap-siap pukul
04.00 wib. Khawatir kebablasan tidur jadi cuma leyeh-leyeh aja di kasur
sebentar. Ini pun akhirnya kejar-kejaran waktu karena taksi yang dipesan ngga
ada GPS jadi agak susah cari rumah kami yang banyak belokan. Haha. Pukul 05.15
wib taksi datang dan langsung meluncur ke bandara baru. Iyap, Lebaran 2018 ini
Semarang punya bandara baru yang lebih besar. Buktinya saya ngos-ngosan sih
gegara beli makan di food courtnya mendekati boarding. Saya dan Kakak sampai di Bandara Ahmad Yani lebih dulu
dibanding suami karena dia keluar kantor jam 06.00 pagi. Saya langsung ke counter check in. Masyaa Allah repotnya
bawa koper, tas, beserta Kakak yang dipaksa agak lari sama mamaknya yang lagi
hamil ini. Sebenarnya saya sudah web
check-in , tapi karena sedang hamil maka saya perlu menyertakan surat izin
terbang. Asiknya jadi dapat kursi di green
seat yang harusnya ada biaya tambahan kalau bukan bumil. Hehe.
Saya berharap sih Kakak tidur di pesawat ya, tapi kenyataannya dia terlalu semangat sampai ngga mau pakai sabuk pengaman dan disamperin tante pramugari. Itu pun Cuma duduk sebentar kemudian minta dipangku bapaknya yang duduk dekat jendela. Sesungguhnya ibu dan bapakmu adalah makhluk lemah yang ingin tidur, Kak.
Counter Check-in |
Saya berharap sih Kakak tidur di pesawat ya, tapi kenyataannya dia terlalu semangat sampai ngga mau pakai sabuk pengaman dan disamperin tante pramugari. Itu pun Cuma duduk sebentar kemudian minta dipangku bapaknya yang duduk dekat jendela. Sesungguhnya ibu dan bapakmu adalah makhluk lemah yang ingin tidur, Kak.
Testimoni
saya untuk bandara yang baru: bagussss jadi pengunjung ngga menyepelekan jadwal
keberangkatan. Soalnya waktu di bandara yang lama karena bangunannya kecil jadi
orang datang bisa mepet jadwal tinggal lari dikit sampai deh di loket check-in, lari dikit sampai deh di ruang
tunggu, lari dikit lagi sampai di pesawat. Kalau di bandara yang baru dijamin
keringetan. Saat lebaran yang notabene arus penumpang sangat membludak, sistem
keamanan Bandara Ahmad Yani masih belum maksimal menurut saya. Hal ini say
amati ketika pintu masuk pertama, mesin scanner
belum berfungsi sehingga pengunjung bisa langsung masuk tanpa pemeriksaan.
Kedua, pintu menuju counter check-in
juga hanya ada pemeriksaan tiket per orang bukan scanning barang dan pengunjung sehingga asalkan ada kode tiket atau
sudah cetak tiket pengunjung bisa langsung masuk. Scanning badan dan barang baru ada ketika menuju ruang tunggu
pesawat. Ini bahaya banget sih untuk yang punya niat ‘macam-macam’ memanfaatkan
situasi mudik apalagi di awal bulan Ramadhan ada tragedi pengeboman di beberapa
tempat di Surabaya.
Omong-omong
soal tragedi di Surabaya itu, saya yang berpenampilan dengan kerudung panjang
dan cadar sepertinya menarik perhatian khusus sehingga saya diminta oleh
petugas wanita untuk ikut ke dalam ruangan bertuliskan body check yang tidak jauh dari tempat scanning untuk diperiksa manual. (apalah itu bahasnaya, intinya
diraba dengan tangan petugas perempuan tersebut). So far, saya tidak masalah
jika memang prosedurnya seperti itu. Petugas pun ramah sambil mengajak
berbincang, saya juga menyampaikan kalau saya sedang hamil jadi jangan kaget
saat meraba perut da nada mblendungan. Selesai diperiksa, saya kembali
lari-lari kecil sama suami dan anak yang digendongnya. Tas jinjing saya yang
bawa, anak biar suami yang gendong. Gregetannya sih karena suami ngga ngeh
kalau saya sempat diperiksa terpisah. Hmm segitu riweuhnya ngejar boarding pesawat kali yak karena hampir last call.
Kami
pulang ke Semarang hari Kamis dengan flight
siang menuju sore, ya karena di jam itu yang murah. Hehehe. Kami pulang
dengan maskapai Garuda Indonesia yang harganya ngga lebih dari 500k. Murah kan
untuk ukuran libur hari besar? Iya lah, itu kan jadwalnya arus balik, lha saya
malah pulang kampung. Untuk check-in
di Terminal 3 alhamdulillah tidak ada kendala dan tidak masuk ruang body check. Iyalah ya kan sudah
diperiksa dari awal masuk. Pemeriksaan di Terminal 3 untuk menuju ruang tunggu
pun sudah dipisah antara laki-laki dan perempuan. Good Job!
Kendala selama penerbangan Alhamdulillah tidak ada, Kakak kelihatan bingung karena dibilang mau naik pesawat tapi kok malah naik bis. Shuttle bus maksudnya untuk mengantar kami menuju pesawat. Dia juga senang waktu bisa minum susu moo saat lagi asik nonton dari layar tv kecilnya. Kami sampai di Bandara Ahmad Yani sekitar maghrib.
Oia sehubungan dengan kurang nyamannya saya dengan harga taksi bandara (hal ini kisruh dan jadi perbincangan warga Semarang), saya berencana ikut suami naik motor sampai sekitar Restoran Kampung Laut kemudian lanjut naik taksi, tapi oh tapi saya malah dibonceng sampai rumah dan tanpa helm. Jangan ditiru, please.
Kendala selama penerbangan Alhamdulillah tidak ada, Kakak kelihatan bingung karena dibilang mau naik pesawat tapi kok malah naik bis. Shuttle bus maksudnya untuk mengantar kami menuju pesawat. Dia juga senang waktu bisa minum susu moo saat lagi asik nonton dari layar tv kecilnya. Kami sampai di Bandara Ahmad Yani sekitar maghrib.
Oia sehubungan dengan kurang nyamannya saya dengan harga taksi bandara (hal ini kisruh dan jadi perbincangan warga Semarang), saya berencana ikut suami naik motor sampai sekitar Restoran Kampung Laut kemudian lanjut naik taksi, tapi oh tapi saya malah dibonceng sampai rumah dan tanpa helm. Jangan ditiru, please.
Oia
setelah melewati masa perburuan tiket itu, saya jadi tahu celah tiket murah
saat beli dekat lebaran. Tips dapat tiket murah walau dekat Lebaran:
1. Pantau
teliti dari beberapa OTA (online travel
agent) nanti kamu akan tahu mana yang lebih murah jadi bisa fokus untuk
pantau di sana. Sejauh ini, pesan dari Airy bisa dapat lebih murah sih, plus
saya dapat potongan Rp50.000. lumayan ya. Inget pasukan banyak, jadi semakin
banyak diskon, ibu makin bahagia.
2. Kalau
memang tidak harus hari H Idul Fitri di rumah, maka pilih jadwal penerbangan
hari H idul fitri. Harganya lebih murah sepantauan saya saat itu.
3. Dalam
kasus saya, saya lebaran di Jakarta sehingga saat berangkat mendapatkan tiket
lebih mahal dibanding saat berangkat karena H+2 lebaran masih masuk arus
berangkat. Jadi, prefer mundur beberapa hari supaya kehitung arus
sebaliknya.hehhe
Semoga bermanfaat ya tips receh
ini. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
Komentar